Senin, 11 April 2016

Senja Seorang Aremanita

Tak ada kata lelah dan usia senja buat seorang suporter setia. Kira-kira perasaan semacam itulah yang bisa dilihat dari sosok Supraptiningsih. Ia adalah Aremanita yang kini berusia 60 tahun. Di kalangan suporter Arema Malang, ia dikenal dengan sapaan Titik Arema.

Kala usia sudah menatap senja, kecintaan Supraptiningsih kepada klub kesayangan kota Malang tak pernah luntur tergerus waktu. Dengan berbekal sepeda, ia rela mancal sejauh delapan kilometer. Mancal ini merupakan istilah populer orang Malang untuk aktivitas mengayuh sepeda.

Supraptiningsih mengaku mancal sepeda dari Lowokdoro dari pukul 08.30 WIB. Lalu sekitar pukul 11.30 WIB, nenek empat cucu ini ternyata sudah terlihat membaur ceria bersama ribuan Aremania yang menyambut para pemain Arema di Pendopo Kabupaten Malang.

Sambutan Aremania ini dilakukan menyusul keberhasilan skuat Singo Edan itu menjadi juara Piala Bhayangkara, Ahad (3/4) malam. Pada laga final yang dihelat di Stadion Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Arema sukses membungkam Persib Bandung 2-0.

Dari turnamen tersebut, Arema tak hanya memboyong trofi juara Piala Bhayangkara saja. Bek kiri Arema Cronus, Ahmad Alfarizie, diganjar pula predikat bergengsi sebagai pemain terbaik. Tentunya, terasa lengkap kegembiraan Aremania saat menyambut kedatangan tim kesayangannya di kota Apel tersebut.

"Karena tidak bisa menyaksikan pertandingan ke Jakarta, saya hanya bisa ikut menyambut mereka di Malang saja. Saya bahagia," kata nenek Supraptiningsih.

Suasana pendopo Kabupaten Malang saat menyambut kedatangan tim Arema Cronus. Foto: dok. pribadi

Di antara sesaknya Aremania yang memadati Pendopo Kabupaten, sosok Supraptiningsih sesesungguhnya tak terlalu mencolok perhatian. Layaknya suporter lain, ia juga mengenakan kaos berwarna biru yang menjadi atribut Arema. Kepalanya terlihat ditutupi topi berwarna putih.

Walau usianya sudah menatap senja namun semangatnya tetap membara dalam memberi dukungan. Teriaknya samar-samar terdengar di antara keriuhan suporter lainnya. "Maitimo... Maitimo...," teriak Titik saat mobil jip rombongan pemain memasuki halaman pendopo. "Srdan Lopicic ganteng ya," ucapnya lagi memuji gelandang serang Arema Cronus.

Meski teriakannya tak terdengar lantang serta tak ada satupun pemain yang menoleh kepadanya namun tidak membuat Supraptiningsih menjadi berkecil hati. Hatinya tetap seteguh baja yang telah ditempa waktu.

Tangannya yang terlihat hitam juga masih mampu terkepal keras ke udara untuk memberi sokongan pada para rombongan pemain Arema. ''Arema....,'' pekiknya kembali dari kejauhan dengan penuh bangga. Inilah sebuah kesetiaan tak terbatas waktu yang sudah ditunjukkan oleh sosok wanita tua penggemar Arema.



*Tulisan ini adalah hasil editan redaktur di kantor berdasarkan liputan yang saya lakukan. Ia datang membawa pisau bedah dan mengoperasi artikel saya yang amburadul menjadi lebih enak dibaca. Terima kasih, bang!

0 komentar:

Posting Komentar