Senin, 16 Februari 2015

Pelukis Tiga Zaman

Postingan ini adalah lanjutan dari tulisan Merekam Jejak Layang-Layang, ketika saya dan Risa jalan-jalan random di kala libur kerja. Nggak jauh dari Museum Layang-Layang ternyata ada Museum Basoeki Abdullah. Basoeki dikenal sebagai pelukis realis-naturalistis kenamaan Indonesia. Entah terprovokasi karena lokasi museum yang  unik (ada di dalam perumahan), atau tersugesti nama besar Basoeki Abdullah, akhirnya saya dan Risa memutuskan mampir. Museum Basoeki Abdullah berlokasi di Jalan Keuangan Raya 19, Cilandak, Jakarta Selatan. FYI harga tiket masuk museum murah banget, cuma dua ribu perak! Selama berkeliling museum, kami berdua ditemani guide bernama Erwin. Awalnya saya kira larangan memotret berlaku di museum ini buat menjaga agar lukisan nggak rusak. Tapi ternyata para pengunjung dipersilakan dengan bebas mengambil gambar lukisan-lukisan Basoeki Abdullah. Foto-foto yang dipajang dalam tulisan ini adalah hasil jepretan saya selama berada di sana. Nah, ayuklah kita telisik soal Basoeki Abdullah yang informasinya didapat dari cerita Erwin selama memandu kami.

Basoeki Abdullah lahir di Solo pada 27 Januari 1915. Ia adalah cucu tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada awal 1900-an yaitu Dokter Wahidin Sudirohusodo. Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suryosubroto yang juga seorang pelukis. Talenta Basoeki sudah terlihat sejak belia. Ini dibuktikan saat baru berusia 10 tahun ia mampu menggambar sketsa Mahatma Gandhi dengan sangat apik.


Sketsa Mahatma Gandhi karya Basoeki Abdullah


Basoeki menghabiskan masa kecil di Solo dan menamatkan pendidikan sekolah di HIS dan sekolah Katolik Mulo di Solo. Di usia 18 tahun Basoeki menggelar pameran pertamanya di Katholiek Sociale Bond, Bandung. Ia memamerkan lukisan Gatot Kaca dan Ontoseno yang sedang memperebutkan Dewi Sembadra.

Hitler? No. Ini adalah gambar Abdullah Suryosubroto karya Basoeki Abdullah

Pada 1935 Basoeki mendapatkan beasiswa bersekolah di Koninklijke Academie van Beeldende Kunsten, Den Haag, Belanda. Setelah menyelesaikan masa studinya pada 1937, ia melanjutkan pendidikan seni di Academy of Fine Arts di Paris dan Roma.



Di kalangan seniman, Basoeki pernah mendapat olok-olok 'Mooi Indie' atau Hindia Molek. Karena, lukisan-lukisan Basoeki Abdullah pada kurun 1925-1938 banyak mengambil tema kecantikan alam Indonesia. Lukisan ini terasa kontras di tengah penjajahan yang terjadi di Indonesia. Lukisan Mooi Indie dikatakan hanya memenuhi selera para turis

Sejak 1942, Basoeki Abdullah mulai nampak dalam pergerakan revolusi secara nyata lewat seni. Meski tinggal di luar negeri, Basoeki Abdullah selalu mengikuti perkembangan pergerakan kemerdekaan.  Ia membuat rekaman melalui sketsa yang bercerita mengenai pergerakan tersebut. Kekaguman dan penghormatan Basoeki Abdullah pada para pahlawan Indonesia juga diwujudkan dengan melukis sosok para pahlawan nasional.

Pada masa revolusi, Basoeki Abdullah berjuang dengan caranya sendiri. Ia mempersenjatai dirinya dengan kuas, cat, dan kanvas. Dengan senjata tersebut Basoeki berhasil mengangkat nama Indonesia  di mata dunia. Ia mengalahkan 97 pelukis Eropa pada sayembara melukis Ratu Yuliana di Niew Kerk Amsterdam, 6 September 1948.

Kala itu lukisan Basoeki menduduki peringkat kedua. Meski lukisan Ratu Yuliana karya Basoeki amat mengesankan dan nyaris sempurna, adalah hal yang sangat mustahil bagi seniman Indonesia menjadi juara kompetisi di Belanda. Ini mengingat konflik yang terjadi antara Belanda-Indonesia belum benar-benar mereda pada masa itu.


Lukisan Ratu Yuliana buatan Basoeki Abdullah yang memenangkan sayembara di Den Haag, Belanda

Basoeki Abdullah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa orang Indonesia bukan cuma bangsa kuli. Tetapi juga punya reputasi dalam seni. Ia banyak melukis pahlawan-pahlawan bangsa. Basoeki adalah orang yang pertama kali melukis wajah Pangeran Diponegoro. Ia juga menggambar tokoh-tokoh lain seperti RA Kartini dan Bung Karno. Sahabat kentalnya sejak kecil, Dorodjatun alias Sri Sultan Hamengku Buwono IX, juga tak luput dari sapuan kuasnya. 


Lukisan potret pahlawan Basoeki Abdullah banyak digunakan penerbit dan penulis buku-buku sejarah nasional Indonesia. Tanpa disadari, banyak murid sekolah mengenal wajah dan sosok pahlawan nasional Indonesia melalui karya Basoeki Abdullah.

Lukisan RA Kartini yang selalu menghiasi buku sejarah nasional Indonesia


 Basoeki dikenal sebagai pelukis potret terutama melukis wanita-wanita cantik. Ia juga melukis keluarga kerajaan dan kepala negara. Gaya lukisannya cenderung mempercantik atau memperindah seseorang ketimbang wajah aslinya.

Hampir sebagian besar hidup Basoeki dihabiskan di luar negeri. Basoeki telah sejak lama  mengakrabi budaya Indonesia, terutama Jawa dan Bali, kebudayaan barat di Belanda, dan kebudayaan Thailand. Barulah sejak 1974 Basoeki Abdullah menetap di Jakarta dan diangkat sebagai pelukis istana.

Basoeki Abdullah sangat mencintai dunia perwayangan. Peran Hanoman sangat disukai oleh Basoeki Abdullah, terutama cerita tentang Hanoman yang menjadi duta dari Sri Rama kepada Raja Alengka Rahwana. Peran tersebut mengingatkan dirinya sendiri yang juga menjadi duta seni Indonesia untuk berbagai negara.



Ruang Wayang di Museum Basoeki Abdullah

Sisi lain yang tak kalah menarik adalah kehidupan pribadi sang maestro. Basoeki Abdullah lahir dan tumbuh dalam keluarga Muslim. Akan tetapi karena pengaruh lingkungan Katolik yang lebih kuat, ia pun memutuskan menjadi seorang Kristiani. Sebagaimana diketahui, ia menghabiskan pendidikannya di sekolah Katolik dan di Eropa.

Sepanjang hidupnya Basoeki tercatat pernah menikah empat kali. Istri pertamanya bernama Maria Michel. Sedangkan istri terakhir yang menemani sampai akhir hayatnya adalah wanita Thailand bernama Nataya Abdullah. Di usianya yang semakin senja, Basoeki Abdullah memiliki kemampuan spiritual melihat alam gaib. Seperti ketika melukis Nyai Roro Kidul yang dapat langsung dilihatnya di pantai selatan Pulau Jawa.

Basoeki Abdullah adalah seniman yang fashionable. Film dokumenter yang diputar di museum memperlihatkan rutinitasnya sehari-hari. Terlihat setiap pagi usai sarapan ia berangkat ke galerinya dengan pakaian penuh gaya. Basoeki mengenakan kemeja dan sesekali blazer kasual. Topi pet khas seniman, celana kain, dan sepatu fantofel menemani hari-harinya melukis. Sebagai seseorang yang kesehariannya bergumul dengan cat, penampilan Basoeki terhitung sangat rapi. Pria flamboyan ini juga memiliki banyak koleksi mantel dan sepatu dari luar negeri yang sebagian dipajang di museum.



Basoeki Abdullah yang tetap produktif di usia senja

Sayangnya, kehidupan seorang Basoeki Abdullah harus berakhir tragis. Ia meninggal pada pada 5 November 1993 karena tindakan kekerasan yang dilakukan pencuri yang masuk ke kamarnya. Ia ditemukan bersimbah darah pada pagi hari oleh asisten rumah tangganya ketika akan mengantarkan sarapan. Belakangan diketahui dalang dari perampokan itu adalah tukang kebun Basoeki Abdullah sendiri.


Ruang tidur bagi Basoeki Abdullah bermakna lebih dari sekadar tempat beristirahat. Ruang tidur adalah ruang paling pribadi tempat ia bisa berkomunikasi dengan Sang Khalik dalam doa-doanya. Di tempat ini pula ia menyimpan koleksi buku dan memperkaya wawasannya dengan membaca

Basoeki Abdullah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Mlati, Sleman. Sepeninggal Basoeki, keluarga menjalankan amanatnya agar rumah tinggalnya diserahkan kepada pemerintah untuk dijadikan museum. Kini di Museum Basoeki Abdullah terpajang puluhan lukisan karya sang legenda. Banyak di antara karyanya yang sarat dengan tema budaya lintas negara.  Dengan melukis, ia telah mengharumkan nama Indonesia ke mancanegara. Bahkan, Basoeki Abdullah pernah menempati posisi terhormat dengan menjadi pelukis Kerajaan Thailand.

Ia juga mendapat penghargaan berupa bintang emas Poporo dari Raja Thailand Bhumibol Aduljadej. Penghargaan Poporo adalah penghormatan tertinggi kerajaan di Thailand yang diberikan kepada seorang Royal Court Artist yang mempunyai jasa besar kepada pemerintah d istana. Karya Basoeki Abdullah sukar dihitung secara pasti karena ia adalah seniman yang produktif. Lukisannya banyak dikoleksi di berbagai lembaga dan perorangan baik di dalam maupun luar negeri.

0 komentar:

Posting Komentar